Selasa, 18 Februari 2014

Etika dan Moral

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan Allah Yesus Kristus, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Etika dan Moral”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Etika Moral di Akademi Keperawatan Dharma Insan.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.





Pontianak , Febuari 2014


------------------------------------------------------------------------------------------------------------

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... 
DAFTAR ISI ................................................................................................................................  
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................
            A. Latar Belakang ..............................................................................................................
            B. Fokus Masalah ..............................................................................................................  
BAB 2 PEMBAHASAN ...............................................................................................................
            A. Sejarah Etika Moral .......................................................................................................
            B. Pengertian Etika Moral ...................................................................................................
            C. Perkembangan Etika Moral Dalam Dunia Moderen ........................................................
            D. Hal-Hal Yang Bertentangan Dengan Etika Moral ............................................................   
BAB 3 PENUTUP..........................................................................................................................                        A. Kesimpulan ....................................................................................................................           
            B. Saran .............................................................................................................................
  




------------------------------------------------------------------------------------------------------------


BAB 1
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Makna Etika dan Moral sangat penting bagi umat kristiani . Manusia sebagai ciptaan Allah berimplikasi pada eratnya hubungan antara iman dan prilaku manusia dalam rangka tanggung jawab pada Pencipta. Etika sebagai ilmu mempunyai fungsi dan misi yang khusus dalam hidup  manusia yakni petunjuk dan penuntun bagaimana manusia sebagai pribadi dan kelompok harus mengambil keputusan tentang apa yang seharusnya berdasarkan dengan kehendak dan firman Tuhan. Etika/Moral yang sebenarnya berpadu dengan iman kristiani sehingga menjadi ilmu yang meneliti, menilai dan mengatur tabiat dan tingkah laku manusia memakai norma kehendak dan perintah Allah sebagaimana dinyatakan dalam Yesus Kristus.
Dalam masa kini para siswa sudah banyak kehilangan nilai etika dan moral. Sebenarnya norma sosial itu tumbuh dari proses kemasyarakatan dan hasil dari kehidupan bermasyarakat.  Individu dilahirkan dalam suatu masyarakat dan mengalami sosialisasi untuk menerima aturan-aturan masyarakat yang sudah ada. Dalam hal ini etika dan moral sangat berperan penting dalam menjalankan hubungan yang ada dalam masyarakat. Karena dengan ketiga hal tersebut kita bisa hidup damai sesama manusia berdasarkan norma yang ada, etika kita, dan moral yang kita miiki. Tapi dalam akhir-akhir ini kedua hal tersebut sudah mulai memudar karena itu juga sebagai tugas mata ajar Etika Moral tersusunlah makalah ini.



B.     Fokus Masalah

-          Sejarah Etika Moral
-          Pengertian Etika Moral
-          Perkembangan Etika Moral dalam dunia modern
-          Hal-hal yang bertentangan dengan Etika Moral










BAB 2
PEMBAHASAN




A.    Sejarah Etika dan Moral

Jejak-jejak pertama sebuah etika muncul dikalangan murid Pytagoras. Kita tidak tahu banyak tentang pytagoras. Ia lahir pada tahun 570 SM di Samos di Asia Kecil Barat dan kemudian pindah ke daerah Yunani di Italia Selatan. Ia meninggal 496 SM. Di sekitar Pytagoras terbentuk lingkaran murid yang tradisinya diteruskan selama dua ratus tahun. Menurut mereka prinsip-prinsip matematika merupakan dasar segala realitas. Mereka penganut ajaran reinkarnasi. Menurut mereka badan merupakan kubur jiwa (soma-sema,”tubuh-kubur”). Agar jiwa dapat bebas dari badan, manusia perlu menempuh jalan pembersihan. Dengan bekerja dan bertapa secara rohani, terutama dengan berfilsafat dan bermatematika, manusia dibebaskan dari ketertarikan indrawi dan dirohanikan.
Seratus tahun kemudian, Demokritos (460-371 SM) bukan hanya mengajarkan bahwa segala apa dapat dijelaskan dengan gerakan bagian-bagian terkecil yang tak terbagi lagi, yaitu atom-atom. Menurut Demokritos nilai tertinggi adalah apa yang enak. Dengan demikian, anjuran untuk hidup baik berkaitan dengan suatu kerangka pengertian hedonistik. 

Sokrates (469-399 SM) tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya tidak mudah direkonstruksi karena bagian terbesar hanya kita ketahui dari tulisan-tulisn Plato. Dalam dialog-dialog palto hampir selalu Sokrates yang menjadi pembicara utama sehingga tidak mudah untuk memastikan pandangan aslinya atau pandangan Plato sendiri. Melalui dialog Sokrates mau membawa manusia kepada paham-paham etis yang lebih jelas dengan menghadapkannya pada implikasi-implikasi anggapan-anggapannya sendiri. Dengan demikian, manusia diantar kepada kesadaran tentang apa yang sebenarnya baik dan bermanfaat. Dari kebiasaan untuk berpandangan dangkal dan sementara, manusia diantar kepada kebijaksanaan yang sebenarnya.

Plato (427 SM) tidak menulis tentang etika. Buku etika pertama ditulis oleh Aristoteles  (384 SM). Namun dalam banyak dialog Plato terdapat uraian-uraian bernada etika. Itulah sebabnya kita dapat merekontruksi pikiran-pikiran Plato tentang hidup yang baik.  Intuisi daar Plato tentang hidup yang baik itu mempengaruhi filsafat dan juga kerohanian di Barat selama 2000 tahun. Baru pada zaman modern paham tentang keterarahan objektif kepada Yang Ilahi dalam segala yang ada mulai ditinggalkan dan diganti oleh pelbagai pola etika; diantaranya etika otonomi kesadaran moral Kant adalah yang paling penting. Etika Plato tidak hanya berpengaruh di barat, melainkan lewat Neoplatoisme juga masuk ke dalam kalangan sufi Muslim.  Disinilah nantinya jalur hubungan pemikiran filsafat yunani dengan pemikir muslim seperti Ibn Miskawaih yang banyak mempelajari filsafat yunani sehingga mempengaruhi tulisan-tulisannya mengenai filsafat etika.
Setelah Aristoteles, Epikuros (314-270 SM) adalah tokoh yang berepengaruh dalam filsafat etika. Ia mendirikan sekolah filsafat di Athena dengan nama Epikureanisme , akan menjadi salah satu aliran besar filsafat Yunani pasca Aristoteles. Berbeda dengan Plato dan Aristoteles, berbeda juga dengan Stoa, Epikuros dan murid-muridnya tidak berminat memikirkan, apalagi masuk ke bidang politik. Ciri khas filsafat Epikuros adalah penarikan diri dari hidup ramai. Semboyannya adalah  “hidup dalam kesembunyian“.
Etika Epikurean bersifat privatistik. Yang dicari adalah kebahagiaan pribadi. Epikuros menasihatkan orang untuk menarik diri dari kehidupan umum, dalam arti ini adalah individualisme. Namun ajaran Epikuros tidak bersifat egois. Ia mengajar bahwa sering berbuat baik lebih menyenangkan daripada menerima kebaikan.  Bagi kaum Epikurean, kenikmatan lebih bersifat rohani dan luhur  daripada jasmani. Tidak sembarang keinginan perlu dipenuhi. Ia membedakan antara keinginan alami yang perlu (makan), keinginan alami yang tidak perlu (seperti makanan yang enak), dan keinginan sia-sia (seperti kekayaan). 

Abad XIV-XVIII
Dalam periode ini, pantas dikenang tokoh-tokoh seperti William Ockham dan Alfonsus de Liguori. Titik tolak pandangan moral Ockham adalah kemahakuasaan Tuhan, yaitu yang mampu tnelakukan segala sesuatu secara tak bertentangan, namun harmonis. Tuhan adalah bebas dalam ketakterbatasan-Nva. Dia dianggap sebagai dasar setiap kewajiban moral. Ajaran moral Ockham adalah etika positif, suatu moral yang bersifat legalistik, yang tertarik hanya pada lapisan tindakan manusia. Moralitas seseorang ditemukan dalam pelaksanaan hukum.
Abad XIX - Awal Pembaruan
Upaya ilmiah dan sistematik untuk memperbarui teologi moral sedang berlangsungdalam abad ini, khususnya di Jerman. Ini terjadi justru karena fakultas-fakultas teologi pada universitas negeri setempat mendapat lebih banyak kebebasan akademik daripada para pengajar di seminari. Buku-buku pegangan teologi moral yang sebelumnya bersifat legalistik (menekankan aspek hukum) dan kasuistik (yang menganut prinsip-prinsip - kasus - kesimpulan) mengalami pembaruan. lni khususnya dilakukan oleh Johann Michael Sailer (1750-1832), Johann Baptist Hirscher (1788-1865), clan Franz Xavier Linsenmann (1855-1898).
 Tahun 1930-1960
 Teologi moral dalam periode ini dipengaruhi oleh gerakan-gerakan pemikiran dari disiplin lain. Pengaruh gerakan liturgis, yang mendesak agar perayaan liturgis mengungkapkan pengaruhnya dalam tindakan kristiani, sangat kentara. Dari sudut pandang buku-buku moral, banyak moralis dari Sekolah Tubingen berusaha menata teologi moral positif tentang hidup kristiani untuk melihat bagaimana scharusnya tindakan seorang Kristen mencerminkan kesetiaannya terhadap rahmat dan janji permandian yang pernah diikrarkannya. Dimensi kristosentris dalam dunia moral memang terkenal di Jerman.


B.     Pengertian Etika dan Moral


      Merriam-Webster mendefinisikan etika sebagai ilmu yang mempelajari apa yang baik dan buruk dengan tugas dan tanggung jawab moral; teori atau sistem dari nilai moral; prinsip-prinsip yang mengatur perilaku individu atau kelompok; kesadaran akan kepentingan moral.

      Etika berasal dari bahasa Yunani ethike, banyak penulis yang menyatakan bahwa etika seperti metode ilmiah dari moral. Etika tidak hanya mengarahkan manusia bagaimana bertindak jika ia ingin memiliki moral yang baik, tapi juga mengatur mengenai kewajiban yang mutlak dalam berbuat baik dan menghindari kejahatan.

      Etika adalah ilmu atau tindakan filosofis dari moral. Ruang lingkup etika termasuk apapun yang mengacu pada tindakan bebas manusia, baik itu prinsip atau penyebab dari suatu tindakan (misal: hukum, hati nurani, kebajikan, dll.), atau sebagai akibat dari atau keadaan dari tindakan (hadiah, hukuman, dll.).
      Sumber dari etika sebagian berasal dari pengalaman pribadi manusia dan sebagian lagi prinsip dan kebenaran yang diajukan oleh ilmu filosofis lainnya seperti logika dan metafisik. Etika berasal dari fakta empiris bahwa prinsip-prinsip tertentu yang umum dan konsep tatanan moral adalah sama pada seluruh manusia di segala masa. Seluruh bangsa dapat membedakan apa yang baik dan jahat, antara orang yang baik dan orang yang jahat, antara kebaikan dan kejahatan; mereka semua setuju dengan hal ini: kebaikan layak diperjuangan dan kejahatan harus dihilangkan, yang satu berhak dipuji, yang lainnya harus disalahkan. Walaupun dalam kasus tertentu mungkin saja tidak terjadi kesepakatan dalam menentukan hal yang baik atau jahat, namun mereka tetap setuju akan adanya prinsip yang umum bahwa kebaikan harus dilakukan dan kejahatan harus dihindari. Adalah prinsip yang universal pula bahwa kita tidak boleh memperlakukan orang lain apa yang tidak ingin dilakukan kepada kita.
      Menurut kamus Merriam-Webster, moral adalah sesuatu yang berhubungan dengan prinsip yang benar dan salah dalam perilaku; mengekspresikan atau mengajarkan konsep tentang perilaku yang baik; membentuk standar perilaku yang baik; dapat dibuktikan walaupun tidak terbukti; bersifat persepsi atau lebih ke psikologis daripada berwujud atau praktis.
      Dalam dunia bisnis, moral diterjemahkan sebagai kesesuaian kode yang telah dikenal, doktrin, atau aturan dari suatu sistem tentang apa yang benar atau salah dan untuk berperilaku sesuai dengan hal tersebut. Tidak ada sistem moralitas yang diterima secara universal, dan jawaban terhadap pertanyaan “Apakah moralitas itu?” dapat sangat berbeda antara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya, kelompok yang satu dengan kelompok lainnya,dari dari waktu ke waktu. Bagi beberapa orang moralitas berarti usaha sadar dan terencana dalam menuntun perilaku seseorang dengan dasar keadilan dan keyakinan pada agama. Bagi yang lainnya, seperti yang diungkapkan matematikawan dan filsuf Alfred North Whitehead (1861-1974), “… apa yang menjadi mayoritas maka itulah yang akan terjadi, dan amoralitas adalah apa yang tidak disukai oleh mayoritas.”

    
 Berbeda dengan dua pendapat sebelumnya yang menyatakan bahwa moral sebagai prinsip atau kesesuaian prinsip tentang baik dan buruk, maka ada pendapat lain yang menyatakan bahwa moral adalah panduan untuk hidup. Pendapat tersebut menyatakan bahwa memilih untuk hidup adalah pilihan pre-moral yang kemudian akan berkembang menjadi pertanyaan “Bagaimana?” atau “Apa yang saya lakukan?” Seseorang dapat menjalaninya (cara hidup) secara asal saja atau dengan metode yang didesain untuk mencapai sukses. Metode itulah yang disebut moralitas.

       Moralitas yang dianut akan memampukan seseorang untuk memilih secara rasional diantara nilai-nilai yang ada. Dalam sejarah, konsep moralitas sering kali digunakan secara negatif seperti pada daftar “Anda tidak boleh” untuk menentang suatu tindakan. Tindakan yang diambil menjadi tidak peduli apa yang Anda lakukan, asalkan Anda tidak melanggar aturan moral. Daftar larangan, tidaklah cukup dijadikan panduan untuk sukses. Moralitas harus positif daripada negatif. Bukan “Apa yang tidak boleh saya lakukan?”, tetapi “Apa yang harus saya lakukan?” Masalah pada mendefinisikan moralitas negatif adalah bahwa pada kebanyakan kasus, mengakibatkan seseorang untuk menghindari beberapa area permasalahan tertentu. Hal tersebut tidak berguna karena mengakibatkan tidak adanya metode untuk memilih tindakan mana yang terbaik, sementara moralitas positif menciptakan kebiasaan yang menuntun kepada pencapaian nilai dan metode untuk memilih nilai apa yang digunakan dalam cara untuk hidup dan berkembang.









C.    Perkembangan Etika dan Moral dalam dunia moderen

Di Era Modern oarng-orang cenderung masa bodoh (apatis) terhadap lingkungan di sekitarnya. Di era modern ini di sediakan berbagai pengetahuan dan informasi baik lewat media cetak maupun media elektronika. Sehingga masyarakat mudah mengakses informasi tersebut dan masyarakat mudah menerapkan kapan dan dimana saja.  Namun demikian etika adalah sangat penting sebagai filter semua informasi yang kita terima di era modern ini.
Peranan etika dalam dunia modern adalah sangat penting. Etika sebagai pemikiran sistematis tentang moralitas tidak berpretensi untuk secara langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik. Dalamartinya sebagai ilu, etika sebenarnya tidak perlu dimiliki oleh setiap orang,walaupun setiap orang membutuhkan moralitas. Yang dihasilkan secaralanngsung dari etika bukanlah kebaikan, melainkan suatu pemhaman yanglebih mendasar dan kritis tentang yang dianggap baik dan buruk secaramoral. Untuk apa bagi kita pemahaman seperti itu? Jawaban atas pertanyaan ini dapat dikembangkan berdasarkan beberapa pemikiran berkaitan dengan tantangan zaman modern, di mana manusia dapat digambarkan sebagai yang sedang mencari orientasi.

Ada beberapa alasan penting mengapa etika/moral pada Zaman kita semakin perlu :

1.              Adanya pluralisme moralAdalah suatu kenyataan sekarang ini bahwa kita hidup dalam zamanyang semakin pluralistic, tidak terkecuali dalam hal moralitas. Setiaphari kita bertemu dengan orang-orang dari suku, daerah, alpisan sosialdan agama yang berbeda. Pertemuan ini semakin diperbanyak dandiperluas oleh kemajuan yang telah dicapai dalam dunia teknologiinformasi, yang telah mengalami perkembangan sangat pesat. Dalam pertemuan langsung dan tak langsung dengan berbagai lapisan dankelompok masyarakat kita menyaksikan atau berhdapan dengan berbagai pandangan dan sikap yang, selain memiliki banyak kesamaan,memiliki juga banyak perbedaan bahkan pertentangan. Masing-masing pandangan mengklaim diri sebagai pandangan yang paling benar dansah. Kita m engalami sepertinya kesatuan tatanan normative sudah tidak ada lagi. Berhadapan dengan situasi semacam ini, kita akhirnya bertanya, tapi yang kita tanyakan bukan hanya apa yang merupakan kewajiban kita dan apa yang tidak, melainkan manakah norma-norma untuk menentukan apa yang harus dianggap sebagai kewajiban. Dengan demikian norma-norma sendiri dipersoalkan.

2.           Timbulnya masalah-masalah etis baruCiri lain yang menandai zaman kita adalah timbulnya masalah-masalahetis baru, terutama yang di sebabkan perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu-ilmu biomedis. Telahterjadi manipulasi genetis, yakni campur tangan manusia atas perkembangbiakan gen-gen manusia. Ada reproduksi artifisal sepertifertilisasi in vitro, entah dengan donor atau tanpa donor, entah denganibu yang “menyewakan” rahimnya atau tidak. Bias terjadi juga adanyaeksperimen dengan jaringan embrio untuk menyembuhkan penyakittertentu, entah jaringan itu diperoleh melalui abortus yang disengajaatau abortus spontan. masalah kloning dan penciptaan manusia-manusiasuper serta tindakan manipulasi genetic lainnya sangatlah mengandungmasalah-masalah etis yang serius dalam kehidupan manusia.Bagaimana sikap kita mengahadapi perkembangan seperti ini ? Disinilah kajian dan pertanggungjawaban etika diperlukan.

3.           Munculnya kepedulian etis yang semakin universal. Ciri berikutnya yang menandai zaman kita adalah adanya suatukepedulian etis yang semakin universal. Di berbagai tempat atauwilayahh di dunia kita menyaksikan gerakan perjuangan moral untuk masalah-masalah bersaama umat manusia. Selain gerakan-gerakan perjuangan moral yang terorganisir seperti dalam bentuk kerjasamaantar Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat, antar Dewan Perwakilan Rakyat dari beberapa negara atau Serikat-serikat Buruh, dansebagainya, juga kita dapat menyaksikan adanya suatu kesadaran moraluniversal yang tidak terorganisir tapi terasa hidup dan berkembang di man-amana. Ungkapan-ungkapan kepedulian etis yang semakin berkembang ini tidaklah mungkin terjadi tanpa dilatarbelakangi oleh kesadaran moral yang universal. Gejala paling mencolok tentang kepedulian etis adalah Deklarasi Universal tentang Hak-hak AzasiManusia, yang diproklamirkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada 10 Desember 1984. Proklamasi ini pernah diseebut sebagaikejadian etis paling penting dalam abad ke-20, dan merupakan pernyataan pertama yang diterima secara global karena diakui olehsemua anggota PBB. Selain dari apa yang sudah dideklarasikantersebut, ada banyak juga kepedulian etis yang bersifat universal, diantaranya terutama masalah-masalah etis yang berkaitan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, masalah lingkungan hidup dan sebagainya. Dengan kepedulian etis yang universal ini, maka pluralisme moral pada bagian pertama di atas dapat menjadi persoalan tersendiri. Universal berhadapan dengan pluralitas.

4.            Hantaman gelombang modernisasi. Kita sekarang ini hidup dalam masa transformasi masyarakat yangtanpa tanding. Perubahan yang terus terjadi itu muncul di bawahhantaman kekuatan yang mengenai semua segi kehidupan kita, yaitugelombang modernisasi.Yang dimaksud modernisasi di sini bukan hanya menyangkuta barangatau peralatan yang diproduksi semakin canggih, melainkan juga dalamhal cara berpikir yang telah berubah secara radikal. Ada banyak cara berpikir yang berkembang, seperti rasionalisme, individualisme,nasionalisme, sekularisme, materialisme, konsumerisme, pluralisme religius serta cara berpikir dan pendidikan modern yang telah banyak mengubah lingkungan budaya, sosial dan rohani masyarakat kita.




D.    Hal-hal yang bertentangan dengan Etika dan Moral

1.      Etika dalam Teknologi Informasi
Teknologi informasi (IT), erat kaitannya dengan teknologi komputer (sebagai perangkat keras/hardware), dan program aplikasi (sebagai perangkat lunak/software). Keduanya berkembang begitu pesat akhir-akhir ini. Barang siapa menguasai teknologi informasi, maka dia tidak akan ketinggalan. Permasalahan yang ada, di satu sisi kebutuhan akan sistem komputer terus bertambah, di sisi lain daya beli terhadap perangkat baru semakin menurun, terutama dengan nilai tukar rupiah yang terus merosot. Sebagian software baru cenderung membutuhkan spesifikasi hardware yang lebih tinggi dari sebelumnya. Kondisi demikian memancing masyarakat yang gemar ngutak-atik teknologi informasi untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma dan hukum untuk mendapatkan keuntungan dari tindakannya tersebut. Tindakan penggunaan teknologi informasi yang bertentangan dengan moral dan undang-undang yang berlaku dan banyak dibicarakan saat ini, antara lain:
a.       Hacking/cracking
Tindakan pembobolan data rahasia suatu institusi, membeli barang lewat internet dengan menggunakan nomor kartu kredit orang lain tanpa izin (carding) merupakan contoh-contoh dari tindakan hacking. Orang yang melakukan hacking disebut hacker. Begitu pula dengan membuka kode program tertentu atau membuat suatu proses agar beberapa tahap yang harus dilakukan menjadi terlewatkan (contoh: cracking serial number) apabila dilakukan tanpa izin juga merupakan tindakan yang menyalahi hukum.
b.      Pembajakan
Mengutip atau menduplikasi suatu produk, misalkan program komputer, kemudian menggunakan dan menyebarkan tanpa izin atau lisensi dari pemegang hak cipta merupakan pembajakan, dan masuk kategori kriminal. Contohnya, ketika seseorang menduplikasi program Microsoft Office, kemudian diinstalasi tanpa membeli lisensi yang sah. Walaupun memang harga lisensi program tersebut relatif mahal untuk ukuran rata-rata pendapatan per kapita di Indonesia, namun apabila tindakan tersebut dituntut oleh pemegang hak cipta, maka pelaku pembajakan yang dalam posisi lemah akan dikenai sanksi dan konsekuensi sesuai hukum yang berlaku.
c.        Browsing situs-situs yang tidak sesuai dengan moral dan etika
Membuka situs dewasa bagi orang yang belum layak merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan etika. Teknologi internet yang dapat memberikan informasi tanpa batas akan mengakibatkan tindakan yang beragam, mulai dari tindakan-tindakan positif sampai negatif. Orang yang tahu akan manfaat internet dan memanfaatkan secara positif akan mendapatkan hasil yang positif pula, dan begitu juga sebaliknya.

2.      Etika dalam berhubungan intim
Salah satu contohnya adalah yang paling sering terjadi dalam kehidupan remaja yaitu hubungan intim yang dilakukan sepasang kekasih sebelum menikah. Kita sendiri pun tahu sebagai mahkluk yang beragama, bahwa hubungan intim yang dilakukan sebelum masa-masa pernikahan adalah dosa dan menjadi suatu larangan bagi umat khususnya kristiani seperti yang tercantum dalam konteks alkitab yaitu 10 perintah Allah yang menyangkut salah satunya “jangan berzinah” (Keluaran 20;14). Bahkan ada kasus lainya yang sebenarnya terlewatkan menjadi salah satu faktor penyebab masalah remaja ini terjadi. untuk kita sadari sebagai orang tua dengan hubungan suami istri yang bisa dikatakan romantis, terkadang di tempat umum yang secara sadar atau tidak sadar suami istri ini melakukan hal-hal yang romantis di depan remaja, walaupun kita tahu hubungan suami istri adalah hubungan yang sah jika mereka melakukan hal-hal yang romantis dimuka umum tentunya akan memancing rasa penasaran dari  kaum pemuda-pemudi untuk merasakan hal yang serupa. Walaupun untuk sekedar mengeksplorisasi ungkapan cinta dari sepasang suami istri tetap saja salah jika mereka tidak bisa membedakan tempat.
3.      Masalah Etika dalam keperawatan
Salah satunya yaitu konflik etik antara teman sejawat. Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah yang sering sering kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.









BAB III
PENUTUP




A. Kesimpulan

Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut.

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan perbuatan
Ketiga hal tersebut (etika atau dengan sesama makhluk. moral dan akhlak) merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan diri manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Tuhan Yang Maha Esa.


B.     Saran

Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.